Kamis, 30 Januari 2014

psikologi gender



TUGAS AKHIR
PSIKOLOGI GENDER


Disusun Oleh
Nama                             : Irawati Damanik
NPM                    : 10900039


                 simbol UHN



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2014


PILOT WANITA
KOMPAS.com - Ia pernah menjadi kontestan Indonesian Idol, bahkan pernah menjadi ”sales promotion girl”. Itu cerita dulu. Kini, ia pilot yang melesat di angkasa dengan Boeing atau Airbus. Ia adalah Sarah Widyanti Kusuma (24). Mari terbang bersama Sarah.
Pada usia belia, 21 tahun, Sarah telah menerbangkan pesawat penumpang jenis Boeing. Mencuri start sebagai pilot termuda Garuda Indonesia, Sarah hingga saat ini sudah mengantongi 2.200 jam terbang dan sedang menapaki tahapan baru dalam kariernya.
Menjumpai Sarah seperti bukan berhadapan dengan seorang pilot. Tubuhnya mungil dengan senyum yang terus tersungging, sering kali membuat orang ”tertipu”. Meski sudah memakai seragam pilot pun, penumpang selalu salah kira dan menduganya sebagai pramugari.
Kini, Sarah kembali sekolah untuk persiapan pindah pesawat dari tipe pesawat kecil, Boeing, ke tipe yang lebih mutakhir, Airbus. Setelah tahapan dua bulan sekolah ini dilalui, Sarah akan menerbangkan Airbus ke rute menuju Jepang, Korea, Australia, China, Belanda, Uni Emirat Arab, dan Jeddah.
”Pesawat Airbus canggih banget. Sampai sekarang saya masih wow! Untuk utak-atiknya harus belajar ekstra, sama kayak nerbangin komputer. Canggih banget,” kata Sarah dengan mata berbinar.
Di sela kesibukan mempersiapkan diri menjadi pilot Airbus itulah, Sarah menyediakan waktu untuk berbincang di rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan.Saking lelahnya belajar, Sarah masih tertidur di sofa pojok ruang tamu rumahnya ketika ibu dan adik-adiknya sudah bersiap jalan-jalan di akhir pekan.
Matanya langsung berbinar ketika diajak berbicara soal profesinya.”Yang membuat bersemangat, pesawatnya canggih dan kita yang mengoperasikan,” tambahnya.
Namun, Sarah melanjutkan, tanggung jawab kepada penumpang ketika menerbangkan Boeing ataupun Airbus tetaplah sama. Selama ini, Sarah menerbangkan pesawat Boeing dengan rute domestik dan rute pendek ke luar negeri, seperti ke Singapura, Bangkok, dan Taiwan.

Semudah menyetir mobil
Bagi Sarah, menerbangkan pesawat itu semudah menyetir mobil manual.Hanya saja, panel atau tombolnya lebih banyak.”Peran kita terutama ketika take off dan landing.Selebihnya autopilot dan diarahkan oleh air traffic controllers.Remnya, gasnya, sama kayak bawa mobil,” kata Sarah.
Kendaraan apa pun di tangan Sarah memang terasa sangat mudah dikemudikan. Jika punya waktu libur dua hingga tiga hari, Sarah sudah melesat pergi untuk menyelam. Seusai menyelam, ia akan mengambil alih kemudi speed boat.
Sarah tak pernah menganggap tugasnya berat. Ketika para pramugari masih melayani penumpang sebelum tinggal landas, Sarah biasanya sudah merampungkan semua keperluan untuk terbang.Sambil menunggu penumpang siap, Sarah mengisi waktu luangnya dengan membaca di kokpit.
Setelah pesawat mengangkasa, Sarah sibuk menjalin komunikasi dengan air traffic controllers dan berusaha mencari jalan teraman ketika terjadi cuaca buruk. Jika seluruh tugas telah dijalani, ia biasa menikmati perjalanan dengan melihat bintang, menatap daratan, dan merenungi hidup.
”Hidup itu kayak main film. Hari ini enggak mungkin sama dengan hari sebelumnya. Harus ada totalitas. Tuhan menciptakan manusia itu mau jadi apa. Masih belajar menuju ke sana,” ujar Sarah.
Jika sudah tiba di suatu kota dan beristirahat minimal 15 jam di hotel, Sarah akan mengisi waktu dengan menonton film, berenang, dan tidur. Hanya sesekali ia menyempatkan diri melihat suasana kota sambil mencari makan. Untuk melepas beban penat setelah bekerja ia mengaku lebih sering mengobrol dengan keluarga atau teman-temannya baik secara langsung atau melalui telepon atau media sosial. “kalo lagi capek sih, aku sering ngobrol sama keluarga atau sama teman, kalo gak bisa langsung yaa nelpon atau sosial media”. Walaupun jarang berada di satu tempat dengan jangka waktu yang lama, Sarah mengaku ia tetap berusaha menjaga komunikasi dengan keluarga dan teman-temannya. Diakuinya hal tersebut cara ampuh mengatasi stres dan rasa lelahnya setelah bekerja.
Ia menonton film apa saja, termasuk film India dan film komedi Indonesia. Baginya, film menjadi senjata ampuh untuk mengobati rasa galau. Ketika film Habibie dan Ainun diputar di bioskop, Sarah buru-buru menontonnya. Soalnya ia mengidolakan Habibie dan menggenggam impian untuk menciptakan pesawat buatannya sendiri. ”Pilot itu cuma operator pesawat. Masih keren yang nyiptain pesawatnya,” tambah Sarah.
Dibawa jatuh
Dalam hidup, Sarah selalu tertantang meraih sesuatu yang lebih baik daripada yang disediakan. Ketika hendak mendaftar untuk Jurusan Teknik Pesawat Udara di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, ia tiba-tiba terpikat pada pilihan lain, yaitu Jurusan Penerbang.
Diakui Sarah bahwa tidak sedikit orang yang menentang keinginannya. Terlebih ketika akan memasuki jurusan penerbang, panitia sempat memandangnya dengan sebelah mata, sempat menyatakan bahwa peluang wanita untuk lolos sangat kecil. Namun Sarah mengaku ia tetap bersikeras memilih jurusan tersebut.
Ia lalu menjalani rangkaian tes, termasuk tes bakat, yang membawanya terbang untuk pertama kali. Pada ketinggian 3.000 kaki, instruktur tiba-tiba mematikan mesin dan sesaat membiarkan pesawat latih itu jatuh bebas.”Baru nerbangin pesawat pertama kali sudah dibawa jatuh,” ujarnya.
Sarah lolos ujian mental itu dan kemudian menjalani pendidikan gratis sebagai calon pilot selama dua tahun dua bulan. Ia menjadi satu-satunya siswa perempuan. Sarah berjuang keras agar kekuatannya ketika berlari atau di saat push up bisa menyamai rekan-rekannya yang cowok.
Begitu lulus pada Februari 2009, ia menjadi pilot Garuda dan mulai terbang pada 2010. Ketika ditanya rute yang ditempuh saat pertama kali membawa pesawat berpenumpang, Sarah tertawa dan menjawab, ”Saya lupa.”
Satu hal yang tak pernah dilupakannya adalah ketika kapten pesawat pura-pura meninggal dunia dan untuk pertama kalinya ia menerbangkan pesawat tanpa panduan. ”Rasanya benar-benar harus bertanggung jawab sama penumpang. Ternyata saya bisa menerbangkan pesawat sendiri,” tambahnya.
Sejak kecil, Sarah sudah akrab dengan dunia penerbangan.Ia sering kali diajak ke tempat kerja ayahnya yang bertugas di bagian teknik penerbangan. Sempat lima tahun mengikuti ayahnya tinggal di Biak, Sarah berharap suatu saat bisa membuka sekolah untuk anak-anak kurang mampu di sana. Agar suatu hari kelak, mereka bisa terbang juga bersama Sarah untuk menggapai mimpi....
Di antara ayam jago
Ketika Sarah masih di dalam kandungan, sang ibu sudah terbiasa berhadapan dengan binatang liar, seperti biawak, di pedalaman Biak, Papua. Sarah lantas bertumbuh menjadi gadis kecil yang pemberani, periang, dan tomboi.
Jika ayahnya sedang memperbaiki mesin, Sarah kecil ikut-ikutan sibuk dengan membalikkan sepeda mininya. Sifat tomboi itu ternyata berlanjut ketika ia menjadi satu-satunya siswa perempuan di STPI. Di STPI, Sarah harus tampil seperti ayam jago, julukan bagi anak laki-laki siswa STPI. Rekan-rekannya akan meledek setiap kali dia ingin menangis. ”Lu cengeng banget, sih, baru kayak gitu,” ujar Sarah menirukan ucapan rekan-rekannya kala itu.
Ketika rekan-rekannya mengagumi kecantikan pramugari saat tes kesehatan bareng, Sarah hanya berujar, ”Iya cantik-cantiklah, enggak ada yang dihukum!”
Seorang sahabatnya lantas menimpali, ”Tenang Sarah, kamu tetap paling cantik di ketinggian one up to three thousand feet ha-ha-ha....”
Ketinggian jelajah terbang Sarah kala itu memang di antara 1.000-3.000 kaki. Kebalikannya, setelah Sarah menjadi pilot, rekan-rekan sesama lulusan STPI menuntutnya untuk tampil lebih ”cewek”. Mereka sampai membelikannya gaun hingga sepatu hak tinggi.
Pramugari di Garuda Indonesia juga selalu mendorong Sarah agar berdandan. Dari awalnya bergaya kasual dengan jins dan kaus, Sarah mulai merias wajah. ”Pramugari bilang jangan terlihat kucel dong.Make up dikit karena bawa nama Garuda dan bangsa,” kata Sarah.
Bekerja di lingkungan yang didominasi pria, Sarah bertekad akan menjadi istri dan ibu yang baik. ”Saya lebih cocok punya pacar yang enggak sering ketemu.Sebulan sekali ketemu itu lebih bagus,” tambah Sarah sambil tertawa.
Ia pun sudah menyiapkan siasat perawatan anak jika telah menikah dan harus terbang jauh. Sarah berencana mengajak anaknya ikut terbang dengan dijaga sang nenek.
”Jangan sampai anakku tahunya ibunya itu mamaku.Airbus terbang paling lama sembilan hari, bayi bisa diajak.Sisanya, bisa pulang setiap tiga atau empat hari sekali,” ujar Sarah.

PEMBAHASAN
1. Carrers and Work
Karir merupakan peran yang dilakukan seseorang sepanjang hidupnya. Pada umumnya seseorang akan memilih karir sesuai dengan minat dan potensi yang dimilikinya. Pandangan tradisional lebih menekankan bahwa karir pria lebih penting dibandingkan karir wanita. Terlebih pada wanita yang telah menikah, kebanyakan masyarakat menganggap bahwa sebagai istri karir bukanlah hal utama, wanita lebih mementingkan keluarga dibandingkan progres atau peningkatan dalam karirnya. Pada wanita yang lebih memilih karir yang didominasi oleh pria cenderung memiliki beliefs yang sama dengan pria pada pekerjaan tersebut, sehingga dikatakan bahwa mereka cenderung enggan mengurus rumah tangga. Pemisahan gender dalam pekerjaan sangat menonjol dalam pemilihan pekerjaan yang seringkali menempatkan orang-orang dalam pekerjaan berdasarkan peran gendernya. Seperti perawat yang lebih dominan wanita, enginer yang lebih didominasi oleh pria. Namun berbeda dengan Sarah dalam artikel di atas yang memilih karir sebagai pilot yang umumnya didominasi oleh pria. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa Sarah tidak memilih karir berdasarkan peran gendernya. Sarah meyakini bahwa ia  memiliki kemampuan yang sama dengan pria ketika harus menerbangkan pesawat. Sarah juga menganggap bahwa profesinya sebagai pilot merupakan kebanggaan baginya hal ini dapat terlihat dari ungkapannya “Yang membuat bersemangat, pesawatnya canggih dan kita yang mengoperasikan,” ujarnya. Sarah merasa mengoperasikan pesawat adalah pekerjaan yang menyenangkan dan membanggakan.
Sarah juga mengakui bahwa sebagai wanita dalam profesi sebagai pilot kerap kali diragukan orang lain. Peluang yang tersedia juga lebih kecil dibandingkan untuk pilot pria. Ia menyatakan bahwa ketika mendaftar saja ia dianggap tidak mampu lolos dibandingkan dengan pendaftar pria. Pada umumnya banyak orang menganggap kesempatan karir pada wanita dan pria tidak sama. Sama hal nya dengan yang dialami oleh Sarah, kesempatan karir Sarah sebagai pilot tidak sama dengan kesempatan pria, karena karir sebagai pilot lebih didominasi oleh pria. Namun karena kerja keras Sarah untuk selalu mengimbangi teman-teman pria dalam pendidikannya membuat diskriminasi terhadap gender wanita tidak dialami Sarah. Ia tetap mampu mengejar impiannya sebagai Pilot.

2. School
Sebelum memasuki usia pra sekolah, orangtua pada umumnya memisahkan permainan dan perilaku anak-anaknya berdasarkan gender. Namun hal ini tidak dialami oleh Sarah, ia mengaku bahwa sejak kecil ia terbiasa dengan dunia yang didominasi oleh pria. Ia sering ikut membantu dan melihat ayahnya dalam memperbaiki mesin-mesin sehingga ia lebih cenderung menyukai permainan dan pekerjaan yang dominan laki-laki dibandingkan perempuan.  Dalam pendidikan pada umumnya aktivitas yang dilakukan anak laki-laki dan perempuan juga secara tidak disadari dibedakan oleh para guru. Anak laki-laki lebih sering dihubungkan dengan aktifitas fisik atau motorik seperti pelajaran olahraga, sedangkan anak perempuan tidak terlalu dituntut dengan aktifitas yang berkaitan dengan motorik. Hal ini juga terbawa dalam beberapa pilihan sekolah atau pendidikan tertentu. Sekolah pendidikan kepolisian yang melibatkan aktifitas fisik untuk murid laki-laki dan aktifitas fisik yang lebuh ringan untuk murid perempuan (polwan) demikian juga sekolah pilot yang dijalani Sarah. Sekolah pilot pada umumnya di dominasi oleh siswa laki-laki. Dalam pendidikannya pun Ia menjadi satu-satunya siswa perempuan. Sarah berjuang keras agar kekuatannya ketika berlari atau di saat push up bisa menyamai rekan-rekannya yang laki-laki.
            Ketika seseorang memasuki sekolah tingkat akhir, ia akan mulai menentukan karir yang akan dipilih. Dan pada umumnya penentuan karir ditentukan oleh stereotip gender Stereotip dan isu-isu gender mempengaruhi wanita dan pria sebelum mereka memasuki kuliah sehingga juga berpengaruh pada pilihan pekerjaan yang akan dipilih. Misalnya memilih kuliah Fakultas keguruan bagi wanita atau fakultas teknik bagi pria. Namun pandangan ini tidak dijadikan landasan bagi Sarah dalam memilih pendidikannya. Ia lebih meyakini bahwa apa yang ia inginkan dapat ia capai terlepas dari bagaimana pandangan orang lain mengenai stereotip gendernya.
3.  Coping Strategies
            Coping adalah proses perubahan pemikiran dan perilaku dalam rangka memanage situasi yang berpotensi menimbulkan stres (Lazarus & Folkman, 1984). Pada umumnya Wanita cenderung menggunakan strategi emotion-focused yang mengarahkan mereka pada pencarian social support, sedangkan pria cenderung menggunakan strategi problem-focused. Coping stress yang digunakan Sarah dalam menghadapi stress dan lelahnya sebagai pilot sama dengan coping stress wanita pada umumnya seperti yang dijelaskan diatas. Ia menggunakan coping strategi emotion-focused. Sarah mengatasi stres dan lelah seusai bekerja sebagai pilot dengan membentuk hubungan emosional dengan keluarga dan teman-temannya. Hal ini seperti yang diungkapkannya “kalo lagi capek sih, aku sering ngobrol sama keluarga atau sama teman, kalo gak bisa langsung yaa nelpon atau sosial media”. Walaupun jarang berada di satu tempat dengan jangka waktu yang lama, Sarah mengaku ia tetap berusaha menjaga komunikasi dengan keluarga dan teman-temannya. Diakuinya hal tersebut merupakan cara ampuh mengatasi stres dan rasa lelahnya setelah bekerja.
4. Perbedaan Pria dan Wanita (Have Women Become More Like Men?)
            Pertanyaan yang sering muncul mengenai gender salah satunya adalah mengapa wanita lebih bisa menyerupai pria ?. Dalam hal ini juga dapat dipertanyakan mengapa Sarah mampu menjadi seorang pilot layaknya seperti pria ?.
            Seorang ahli menyatakan pencapaian wanita dapat mengalahkan pria, dan kebanyakan wanita akan lebih berkualitas dibandingkan pria pada pekerjaan level tinggi di masa depan (American Council on Education, 2003). Kebutuhan support pada wanita dan pria sama, tetapi persamaan ini berubah dalam peran tradisional mereka.
            Sarah memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai impiannya sebagai pilot. Ia tidak  memperdulikan peran gender nya sebagai perempuan yang dipandang tabu bagi banyak orang ketika seorang perempuan berprofesi sebagai pilot. Sarah membuktikan bahwa ia mampu menjalankan pesawat seperti pilot pria lainnya. Hal ini juga karena adanya dukungan dari keluarganya yang turut berperan dalam pencapaian yang diraih Sarah saat ini. Dengan adanya motivasi instrinsik dan ekstrinsik yang dimiliki Sarah ia memiliki kemampuan yang sama dengan pria dalam menerbangkan pesawat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar