TUGAS
AKHIR
PSIKOLOGI
GENDER
Disusun
Oleh
Nama : Irawati Damanik
NPM : 10900039
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2014
PILOT WANITA
KOMPAS.com
- Ia pernah menjadi kontestan Indonesian Idol, bahkan pernah menjadi ”sales
promotion girl”. Itu cerita dulu. Kini, ia pilot yang melesat di angkasa dengan
Boeing atau Airbus. Ia adalah Sarah Widyanti Kusuma (24). Mari terbang bersama
Sarah.
Pada
usia belia, 21 tahun, Sarah telah menerbangkan pesawat penumpang jenis Boeing.
Mencuri start sebagai pilot termuda Garuda Indonesia, Sarah hingga saat ini
sudah mengantongi 2.200 jam terbang dan sedang menapaki tahapan baru dalam
kariernya.
Menjumpai
Sarah seperti bukan berhadapan dengan seorang pilot. Tubuhnya mungil dengan
senyum yang terus tersungging, sering kali membuat orang ”tertipu”. Meski sudah
memakai seragam pilot pun, penumpang selalu salah kira dan menduganya sebagai
pramugari.
Kini,
Sarah kembali sekolah untuk persiapan pindah pesawat dari tipe pesawat kecil,
Boeing, ke tipe yang lebih mutakhir, Airbus. Setelah tahapan dua bulan sekolah
ini dilalui, Sarah akan menerbangkan Airbus ke rute menuju Jepang, Korea,
Australia, China, Belanda, Uni Emirat Arab, dan Jeddah.
”Pesawat
Airbus canggih banget. Sampai sekarang saya masih wow! Untuk utak-atiknya harus
belajar ekstra, sama kayak nerbangin komputer. Canggih banget,” kata Sarah
dengan mata berbinar.
Di
sela kesibukan mempersiapkan diri menjadi pilot Airbus itulah, Sarah
menyediakan waktu untuk berbincang di rumahnya di Bintaro, Tangerang
Selatan.Saking lelahnya belajar, Sarah masih tertidur di sofa pojok ruang tamu
rumahnya ketika ibu dan adik-adiknya sudah bersiap jalan-jalan di akhir pekan.
Matanya
langsung berbinar ketika diajak berbicara soal profesinya.”Yang membuat bersemangat,
pesawatnya canggih dan kita yang mengoperasikan,” tambahnya.
Namun,
Sarah melanjutkan, tanggung jawab kepada penumpang ketika menerbangkan Boeing
ataupun Airbus tetaplah sama. Selama ini, Sarah menerbangkan pesawat Boeing
dengan rute domestik dan rute pendek ke luar negeri, seperti ke Singapura,
Bangkok, dan Taiwan.
Semudah
menyetir mobil
Bagi
Sarah, menerbangkan pesawat itu semudah menyetir mobil manual.Hanya saja, panel
atau tombolnya lebih banyak.”Peran kita terutama ketika take off dan landing.Selebihnya
autopilot dan diarahkan oleh air traffic controllers.Remnya, gasnya, sama kayak
bawa mobil,” kata Sarah.
Kendaraan
apa pun di tangan Sarah memang terasa sangat mudah dikemudikan. Jika punya
waktu libur dua hingga tiga hari, Sarah sudah melesat pergi untuk menyelam.
Seusai menyelam, ia akan mengambil alih kemudi speed boat.
Sarah
tak pernah menganggap tugasnya berat. Ketika para pramugari masih melayani
penumpang sebelum tinggal landas, Sarah biasanya sudah merampungkan semua
keperluan untuk terbang.Sambil menunggu penumpang siap, Sarah mengisi waktu
luangnya dengan membaca di kokpit.
Setelah
pesawat mengangkasa, Sarah sibuk menjalin komunikasi dengan air traffic
controllers dan berusaha mencari jalan teraman ketika terjadi cuaca buruk. Jika
seluruh tugas telah dijalani, ia biasa menikmati perjalanan dengan melihat
bintang, menatap daratan, dan merenungi hidup.
”Hidup
itu kayak main film. Hari ini enggak mungkin sama dengan hari sebelumnya. Harus
ada totalitas. Tuhan menciptakan manusia itu mau jadi apa. Masih belajar menuju
ke sana,” ujar Sarah.
Jika
sudah tiba di suatu kota dan beristirahat minimal 15 jam di hotel, Sarah akan
mengisi waktu dengan menonton film, berenang, dan tidur. Hanya sesekali ia
menyempatkan diri melihat suasana kota sambil mencari makan. Untuk melepas
beban penat setelah bekerja ia mengaku lebih sering mengobrol dengan keluarga
atau teman-temannya baik secara langsung atau melalui telepon atau media
sosial. “kalo lagi capek sih, aku sering ngobrol sama keluarga atau sama teman,
kalo gak bisa langsung yaa nelpon atau sosial media”. Walaupun jarang berada di
satu tempat dengan jangka waktu yang lama, Sarah mengaku ia tetap berusaha
menjaga komunikasi dengan keluarga dan teman-temannya. Diakuinya hal tersebut
cara ampuh mengatasi stres dan rasa lelahnya setelah bekerja.
Ia
menonton film apa saja, termasuk film India dan film komedi Indonesia. Baginya,
film menjadi senjata ampuh untuk mengobati rasa galau. Ketika film Habibie dan
Ainun diputar di bioskop, Sarah buru-buru menontonnya. Soalnya ia mengidolakan
Habibie dan menggenggam impian untuk menciptakan pesawat buatannya sendiri.
”Pilot itu cuma operator pesawat. Masih keren yang nyiptain pesawatnya,” tambah
Sarah.
Dibawa
jatuh
Dalam
hidup, Sarah selalu tertantang meraih sesuatu yang lebih baik daripada yang
disediakan. Ketika hendak mendaftar untuk Jurusan Teknik Pesawat Udara di
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, ia tiba-tiba terpikat pada
pilihan lain, yaitu Jurusan Penerbang.
Diakui
Sarah bahwa tidak sedikit orang yang menentang keinginannya. Terlebih ketika
akan memasuki jurusan penerbang, panitia sempat memandangnya dengan sebelah
mata, sempat menyatakan bahwa peluang wanita untuk lolos sangat kecil. Namun
Sarah mengaku ia tetap bersikeras memilih jurusan tersebut.
Ia
lalu menjalani rangkaian tes, termasuk tes bakat, yang membawanya terbang untuk
pertama kali. Pada ketinggian 3.000 kaki, instruktur tiba-tiba mematikan mesin
dan sesaat membiarkan pesawat latih itu jatuh bebas.”Baru nerbangin pesawat pertama
kali sudah dibawa jatuh,” ujarnya.
Sarah
lolos ujian mental itu dan kemudian menjalani pendidikan gratis sebagai calon
pilot selama dua tahun dua bulan. Ia menjadi satu-satunya siswa perempuan.
Sarah berjuang keras agar kekuatannya ketika berlari atau di saat push up bisa
menyamai rekan-rekannya yang cowok.
Begitu
lulus pada Februari 2009, ia menjadi pilot Garuda dan mulai terbang pada 2010.
Ketika ditanya rute yang ditempuh saat pertama kali membawa pesawat
berpenumpang, Sarah tertawa dan menjawab, ”Saya lupa.”
Satu
hal yang tak pernah dilupakannya adalah ketika kapten pesawat pura-pura
meninggal dunia dan untuk pertama kalinya ia menerbangkan pesawat tanpa
panduan. ”Rasanya benar-benar harus bertanggung jawab sama penumpang. Ternyata
saya bisa menerbangkan pesawat sendiri,” tambahnya.
Sejak
kecil, Sarah sudah akrab dengan dunia penerbangan.Ia sering kali diajak ke
tempat kerja ayahnya yang bertugas di bagian teknik penerbangan. Sempat lima
tahun mengikuti ayahnya tinggal di Biak, Sarah berharap suatu saat bisa membuka
sekolah untuk anak-anak kurang mampu di sana. Agar suatu hari kelak, mereka
bisa terbang juga bersama Sarah untuk menggapai mimpi....
Di
antara ayam jago
Ketika
Sarah masih di dalam kandungan, sang ibu sudah terbiasa berhadapan dengan binatang
liar, seperti biawak, di pedalaman Biak, Papua. Sarah lantas bertumbuh menjadi
gadis kecil yang pemberani, periang, dan tomboi.
Jika
ayahnya sedang memperbaiki mesin, Sarah kecil ikut-ikutan sibuk dengan
membalikkan sepeda mininya. Sifat tomboi itu ternyata berlanjut ketika ia
menjadi satu-satunya siswa perempuan di STPI. Di STPI, Sarah harus tampil
seperti ayam jago, julukan bagi anak laki-laki siswa STPI. Rekan-rekannya akan
meledek setiap kali dia ingin menangis. ”Lu cengeng banget, sih, baru kayak
gitu,” ujar Sarah menirukan ucapan rekan-rekannya kala itu.
Ketika
rekan-rekannya mengagumi kecantikan pramugari saat tes kesehatan bareng, Sarah
hanya berujar, ”Iya cantik-cantiklah, enggak ada yang dihukum!”
Seorang
sahabatnya lantas menimpali, ”Tenang Sarah, kamu tetap paling cantik di
ketinggian one up to three thousand feet ha-ha-ha....”
Ketinggian
jelajah terbang Sarah kala itu memang di antara 1.000-3.000 kaki. Kebalikannya,
setelah Sarah menjadi pilot, rekan-rekan sesama lulusan STPI menuntutnya untuk
tampil lebih ”cewek”. Mereka sampai membelikannya gaun hingga sepatu hak
tinggi.
Pramugari
di Garuda Indonesia juga selalu mendorong Sarah agar berdandan. Dari awalnya
bergaya kasual dengan jins dan kaus, Sarah mulai merias wajah. ”Pramugari
bilang jangan terlihat kucel dong.Make up dikit karena bawa nama Garuda dan
bangsa,” kata Sarah.
Bekerja
di lingkungan yang didominasi pria, Sarah bertekad akan menjadi istri dan ibu
yang baik. ”Saya lebih cocok punya pacar yang enggak sering ketemu.Sebulan
sekali ketemu itu lebih bagus,” tambah Sarah sambil tertawa.
Ia
pun sudah menyiapkan siasat perawatan anak jika telah menikah dan harus terbang
jauh. Sarah berencana mengajak anaknya ikut terbang dengan dijaga sang nenek.
”Jangan
sampai anakku tahunya ibunya itu mamaku.Airbus terbang paling lama sembilan
hari, bayi bisa diajak.Sisanya, bisa pulang setiap tiga atau empat hari
sekali,” ujar Sarah.
PEMBAHASAN
1. Carrers and Work
Karir
merupakan peran yang dilakukan seseorang sepanjang hidupnya. Pada umumnya
seseorang akan memilih karir sesuai dengan minat dan potensi yang dimilikinya.
Pandangan tradisional lebih menekankan bahwa karir pria lebih penting
dibandingkan karir wanita. Terlebih pada wanita yang telah menikah, kebanyakan
masyarakat menganggap bahwa sebagai istri karir bukanlah hal utama, wanita
lebih mementingkan keluarga dibandingkan progres atau peningkatan dalam
karirnya. Pada wanita yang lebih memilih karir yang didominasi oleh pria
cenderung memiliki beliefs yang sama dengan pria pada pekerjaan tersebut,
sehingga dikatakan bahwa mereka cenderung enggan mengurus rumah tangga. Pemisahan gender dalam pekerjaan sangat menonjol dalam
pemilihan pekerjaan yang seringkali menempatkan orang-orang dalam pekerjaan
berdasarkan peran gendernya. Seperti perawat yang lebih dominan
wanita, enginer yang lebih didominasi oleh pria. Namun berbeda dengan Sarah
dalam artikel di atas yang memilih karir sebagai pilot yang umumnya didominasi
oleh pria. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa Sarah tidak memilih karir
berdasarkan peran gendernya. Sarah meyakini bahwa ia memiliki kemampuan yang sama dengan pria
ketika harus menerbangkan pesawat. Sarah juga menganggap bahwa profesinya
sebagai pilot merupakan kebanggaan baginya hal ini dapat terlihat dari
ungkapannya “Yang membuat bersemangat, pesawatnya canggih dan kita yang
mengoperasikan,” ujarnya. Sarah merasa mengoperasikan pesawat adalah pekerjaan
yang menyenangkan dan membanggakan.
Sarah
juga mengakui bahwa sebagai wanita dalam profesi sebagai pilot kerap kali
diragukan orang lain. Peluang yang tersedia juga lebih kecil dibandingkan untuk
pilot pria. Ia menyatakan bahwa ketika mendaftar saja ia dianggap tidak mampu
lolos dibandingkan dengan pendaftar pria. Pada umumnya banyak orang menganggap
kesempatan karir pada wanita dan pria tidak sama. Sama hal nya dengan yang
dialami oleh Sarah, kesempatan karir Sarah sebagai pilot tidak sama dengan
kesempatan pria, karena karir sebagai pilot lebih didominasi oleh pria. Namun
karena kerja keras Sarah untuk selalu mengimbangi teman-teman pria dalam
pendidikannya membuat diskriminasi terhadap gender wanita tidak dialami Sarah.
Ia tetap mampu mengejar impiannya sebagai Pilot.
2.
School
Sebelum
memasuki usia pra sekolah, orangtua pada umumnya memisahkan permainan dan
perilaku anak-anaknya berdasarkan gender. Namun hal ini tidak dialami oleh
Sarah, ia mengaku bahwa sejak kecil ia terbiasa dengan dunia yang didominasi
oleh pria. Ia sering ikut membantu dan melihat ayahnya dalam memperbaiki
mesin-mesin sehingga ia lebih cenderung menyukai permainan dan pekerjaan yang
dominan laki-laki dibandingkan perempuan. Dalam pendidikan pada umumnya aktivitas yang
dilakukan anak laki-laki dan perempuan juga secara tidak disadari dibedakan
oleh para guru. Anak laki-laki lebih sering dihubungkan dengan aktifitas fisik
atau motorik seperti pelajaran olahraga, sedangkan anak perempuan tidak terlalu
dituntut dengan aktifitas yang berkaitan dengan motorik. Hal ini juga terbawa
dalam beberapa pilihan sekolah atau pendidikan tertentu. Sekolah pendidikan
kepolisian yang melibatkan aktifitas fisik untuk murid laki-laki dan aktifitas
fisik yang lebuh ringan untuk murid perempuan (polwan) demikian juga sekolah
pilot yang dijalani Sarah. Sekolah pilot pada umumnya di dominasi oleh siswa
laki-laki. Dalam pendidikannya pun Ia menjadi satu-satunya siswa perempuan.
Sarah berjuang keras agar kekuatannya ketika berlari atau di saat push up bisa
menyamai rekan-rekannya yang laki-laki.
Ketika seseorang memasuki sekolah
tingkat akhir, ia akan mulai menentukan karir yang akan dipilih. Dan pada
umumnya penentuan karir ditentukan oleh stereotip gender Stereotip dan isu-isu gender mempengaruhi wanita dan
pria sebelum mereka memasuki kuliah sehingga juga
berpengaruh pada pilihan pekerjaan yang akan dipilih. Misalnya memilih kuliah
Fakultas keguruan bagi wanita atau fakultas teknik bagi pria. Namun pandangan
ini tidak dijadikan landasan bagi Sarah dalam memilih pendidikannya. Ia lebih
meyakini bahwa apa yang ia inginkan dapat ia capai terlepas dari bagaimana
pandangan orang lain mengenai stereotip gendernya.
3. Coping Strategies
Coping adalah proses perubahan
pemikiran dan perilaku dalam rangka memanage situasi yang berpotensi
menimbulkan stres (Lazarus & Folkman, 1984). Pada umumnya Wanita cenderung
menggunakan strategi emotion-focused yang mengarahkan mereka pada pencarian
social support, sedangkan pria cenderung menggunakan strategi problem-focused.
Coping stress yang digunakan Sarah dalam menghadapi stress dan lelahnya sebagai
pilot sama dengan coping stress wanita pada umumnya seperti yang dijelaskan
diatas. Ia menggunakan coping strategi emotion-focused. Sarah mengatasi stres
dan lelah seusai bekerja sebagai pilot dengan membentuk hubungan emosional
dengan keluarga dan teman-temannya. Hal ini seperti yang diungkapkannya “kalo
lagi capek sih, aku sering ngobrol sama keluarga atau sama teman, kalo gak bisa
langsung yaa nelpon atau sosial media”. Walaupun jarang berada di satu tempat
dengan jangka waktu yang lama, Sarah mengaku ia tetap berusaha menjaga
komunikasi dengan keluarga dan teman-temannya. Diakuinya hal tersebut merupakan
cara ampuh mengatasi stres dan rasa lelahnya setelah bekerja.
4.
Perbedaan Pria dan Wanita (Have Women Become More Like Men?)
Pertanyaan
yang sering muncul mengenai gender salah satunya adalah mengapa wanita lebih
bisa menyerupai pria ?. Dalam hal ini juga dapat dipertanyakan mengapa Sarah
mampu menjadi seorang pilot layaknya seperti pria ?.
Seorang
ahli menyatakan pencapaian wanita dapat mengalahkan pria, dan kebanyakan wanita
akan lebih berkualitas dibandingkan pria pada pekerjaan level tinggi di masa
depan (American Council on Education, 2003). Kebutuhan support pada wanita dan
pria sama, tetapi persamaan ini berubah dalam peran tradisional mereka.
Sarah
memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai impiannya sebagai pilot. Ia
tidak memperdulikan peran gender nya
sebagai perempuan yang dipandang tabu bagi banyak orang ketika seorang
perempuan berprofesi sebagai pilot. Sarah membuktikan bahwa ia mampu
menjalankan pesawat seperti pilot pria lainnya. Hal ini juga karena adanya
dukungan dari keluarganya yang turut berperan dalam pencapaian yang diraih
Sarah saat ini. Dengan adanya motivasi instrinsik dan ekstrinsik yang dimiliki
Sarah ia memiliki kemampuan yang sama dengan pria dalam menerbangkan pesawat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar